Minggu, 12 Oktober 2014

Women Biker Comunnity : Page 3 of 3

“Vivi, kamu habis ikut konvoi lagi, ya? Kamu masih ikut geng motor?!” seru Papa, ketika aku baru sampai di rumah. Tapi dari paras wajahnya, nggak tersirat kemarahan sedikit pun.
“Mama sudah cerita ke Papa, ya?” aku balik bertanya, dengan penuh selidik.
“Nggak,” jawab Papa, singkat.
“Terus, Papa tahu dari mana?” tanyaku, penasaran.
“Maksud Papa, tebakan kamu nggak salah. Mama memang sudah cerita ke Papa, kalau kamu masih bergabung dengan WBC-mu itu. Papa kecewa, karena kamu nggak mau mendengar perintah Mama,” kata Papa. Mimik wajahnya berubah total. Ia menjadi penuh kemarahan!
“Vivi tahu, kalau Vivi salah. Karena Vivi tetap memaksa pergi, meskipun Mama nggak mengijinkan. Tapi Papa jangan marah, ya?” aku merajuk.
Papa mendekatiku sambil tersenyum dan berkata, “Maafin Papa, ya, Vie. Karena selama ini Papa sudah berprasangka buruk sama kamu dan kepada geng motormu itu. Tapi setelah Papa membaca pamflet yang kalian sebarkan, Papa jadi tahu bahwa geng motor kalian nggak seburuk yang Papa kira.”
“ Papa dapat dari mana pamflet itu?” tanyaku, heran.
“Saat jam istirahat, Papa makan siang di Cipare, dekat dengan lokasi geng motormu di blokade. Nggak sengaja Papa mendapatkan pamflet ini. Dan setelah Papa baca, ternyata isinya sangat positif. Jadi mulai sekarang, Papa ijinkan kamu ikut geng motor kamu,” jawab Papa.
“Benar, Pa?!” tanyaku, nggak percaya.
“Benar!” jawab Papa, meyakinkan.
“Terus, Mama gimana?” tanyaku ragu-ragu mengingat Mama yang nggak mengijinkan aku ikut Women Biker Community.
“Mama juga mengijinkan, kok, Vie. Karena Mama sudah membaca pamfet kegiatan geng motor kamu, yang Papa bawa. Kalau kegiatan kalian positif seperti itu, rasanya nggak adil kalau Mama melarang kamu ikuta kegiatan itu!” seru Mama, yang tiba-tiba keluar dari dapur.
“Asyiiiik!!!” Aku bersorak kegirangan.
***

Oleh Asri Surtayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar