Pacaran. Kosa kata pacaran mungkin adalah kosa kata yang paling populer dikalangan remaja. Apa ada remaja jaman sekarang yang tidak kenal dengan pacaran? Hmm, rasanya sih nggak ada. Kalo kita bertanya pada murid SMA, siapa yang sudah punya pacar? Semuanya mungkin tunjuk jari.
Nah, kalo kita bertanya pada orang tua remaja, bolehkah remaja pacaran? Jawaban dari orang tuanya mungkin harus boleh. Kenapa? Ya kalo tidak dibolehin toh mereka pacaran juga. Jadi ya terpaksa orang tuanya mengalah. Dari pada anaknya pacaran backstreet, lebih baik diijinkan namun tetap dalam arahan orang tua tentang batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dalam berpacaran. Inilah yang dikenal dengan pacaran yang sehat. Jadi pacaran sehat adalah pacaran yang memperhatikan batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berpacaran menurut norma umum di masyarakat. Memang norma di masyarakat bergerak dinamis, dan berubah dari waktu ke waktu. Namun setidaknya ada batasan minimal tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Disini peran orang tua sangat diperlukan.
Selanjutnya, faktor apa saja sih yang bisa mempengaruhi pada makna pacaran sehat?
1. Sehat fisik
Pacaran sehat secara fisik berarti tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Sekalipun lelaki secara fisik lebih kuat, bukan berarti laki-laki dapat melakukan kekerasan pada kaum perempuan. No violence please !
2. Sehat emosional
Pacaran sehat secara emosional berpijak pada komunikasi yang baik dan akal sehat. Sebuah hubungan akan terjalin dengan baik dan nyaman apabila ada saling pengertian dan keterbukaan. Disinilah pentingnya mengontrol atau mengendalikan emosi diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Pacaran tapi marah-marah terus?No way !
3. Sehat sosial
Pacaran sehat sebaiknya tidak mengikat dan tidak bersyarat. Artinya hubungan pertemanan dan sosial dengan yang lain tetap harus dibina dan dijaga. Jangan kaitkan segala sesuatu dengan pacar. Misalnya, jadwal lesmu terganggu dan batal karena si dia sudah menunggu. Dunia begitu luas, jangan mau duniamu direduksi menjadi “selebar daun kelor”. Pacar itu bukan episentrum segalanya, ia cuma lebih dari sekedar teman.
4. Sehat seksual
Remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks secara biologis. Pastinya, pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual remaja. Kedekatan karena berpacaran dapat mendorong hasrat remaja untuk melakukan kontak fisik (baca : seksual) lebih jauh.
Pacaran dengan hasrat seksual itu dua hal yang berbeda. Dalam banyak hal keduanya malah berseberangan. Saat berpacaran, kontrol dan kendali setiap remaja pada hasrat seksualnya tidaklah sama satu dengan yang lain, tergantung pada banyak faktor.
Pada titik yang sulit ini remaja dituntut untuk menentukan pilihan : kembali pada jalur pacaran yang sehat ataukah hanyut dalam dorongan hasrat seksualnya yang salah.
Bagi remaja, ini adalah pilihan yang dilematis. Jika salah memutuskan, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat berisiko dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar